Senin, 28 Mei 2012

pendidkan berbasis dakwah



Add caption
BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pendidikan Islam
A.      Pengertian Pendidikan Islam
Pengertian pendidikan Islam adalah proses pertumbuan dan perkembangan pendidikan yang diselenggarakan oleh umat Islam sepanjang sejrah kedudukan dan peradaban. Dan pengertian pendidikan agama Islam adalah proses dan upaya pembelajaran ajaran Islam kepada anak atau generasi muda agar mereka dapat memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran tersebut.

B.      Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan dasar dari pendidikan Islam pada hakikatnya sama dan sesuai dengan tujuan diturunkannya agama Islam itu sendiri, yakni untuk membentuk manusia muttaqin, sedangkan jika ditinjau dari tujuan operasional dari pendidikan Islam adalah :
1)  Membentuk manusia muslim yang disamping dapat melaksanakan ibadah mahdhah juga dapat melaksanakan ibadah muammalah dalam kedudukannya sebagai orang perorangan atau sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan tertentu
2) Membentuk warga negara yang bertanggung jawab kepada masyarakat dan bangsanya dalam rangka bertanggung jawab kepada Allah penciptanya.
3)   Mengembangkan tenaga ahli dalam bidang ilmu (agama dan ilmu Islami lainnya)

C. Hakikat Pendidikan Islam .
            Sebagaimana pengertian pendidikan pada umumNya yang merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan bagi perananya di masa yang akan datang.
            Pendidikan secara umum dikenal dalam khasanah kebudaya’an islam, yakni ,tarbiyah(pendidkan), ta’lim(pengajaran ) ta’dhib (kebudaya’an).
            Secara etimologi tarbiyah diambil dari tiga asal kata yakni :
1.    Rabba-yarbaa, yang berarti tumbuh dan bertambah .
2.    Rabbiy-yarba, yang berarti tumbuh dan menjadi besar atau dewasa.
3.    Rabba-yarubu, yang berarti memperbaiki, mengatur, mengurus, mendidik.
Dari pendekatan etimologis tersebut maka abdul al-rahman al banni menyimpulkan bahwa istilah tarbiyah adalah :
1.    menjaga dan memelihara fitrah anak menjelang balik .
2.    mengembangkan seluruh potensi dan kesiapan yang bermacam-macam.
3.    mengarahkan seluruh fitrah dan potensi itu kepada kebaikan dan kesempurnaan yang layak baginya.
4.    Proses tersebut dilakukan secara bertahap.

Adapun istilah ta’lim diambil dari asal kata :
1.    alama ya’lamu,yang berarti yang mengecap atau yang memberi tanda.
2.    Alima ya’lamu, yang berarti mengerti dan memberi tanda.
Dari pengertian etimologi tersebut,  maka  ta’lim dapat dimengerti sebagai usaha untuk menjadikan seseorang( anak) mengenal tanda-tanda yang membedakan sesuatu dari yang lainya, dan mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang sesuatu .

 Adapun istilah ta’dib diambil dari kata asal :
1.    adubah- ya’budhu, yang berarti melatih dan mendisiplinkan diri untuk berprilaku yang baik dan sopan santun.
2.    Adaba-ya’dhibu, yang berarti mengatakan pesta atau perjamuan,

 juga berati berbuat dan berprilaku sopan .
3.    Adabba, sebagai bentuk kata kerja “ta’dib”, mengandung pengertian mendidik, melatih, memperbaiki, disiplin dan memberi tindakan.
Dari istilah etimologis ini, maka ta’dib bisa dimengerti sebagai “disiplin jiwa melalui pendidikan dan pengajaran untuk memperoleh prilaku yang diharapkan”, juga dapat berarti kondisi yang menyebabkan akal fikiran manusia terdorong untuk mengamalkan pengetahuan yang diperolehnya”.

D.       Proses dan Operasionalisasi Pendidikan Islam
Untuk mencapai tujuan yang diharapkan maka proses dan operasionalisasi pendidikan Islam harus dapat dilaksanakan secara efektif dan sistematis proses dan operasionalisasi ini pada hakekatnya merupakan proses pelestarian dan pengawet nilai atau ajaran Islam baik ke dalam satu komunitas atau antar generasi. Dalam kenyataannya proses dan operasionalisasi pendidikan islam terjadi dalam lembaga-lembaga sosial yang ada, terutama sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Pendidikan Islam dalam masyarakat mengambil bentuk tata nilai dan norma mengandung ajaran-ajaran Islam yang harus diserap dan dihayati oleh warga masyarakatnya. Warga masyarakat, terutama anak dan generasi muda harus di bina dan dibantu agar mereka dapat menyesuaikan diri dengan nilai-nilai tersebut sekaligus mereka juga harus dimotivasi, didorong agar memiliki kemampuan untuk mengembangkannya. Dalam kenyataannya pola pembelajaran pendidikan islam di dalam masyarakat terjadi tanpa disadari atau disengaja oleh individu.
Sedangkan pendidikan Islam didalam keluarga mengambil bentuk penanaman nilai dan norma keislaman yang dilakukan oleh anggota keluarga terutama sekali orang tuanya. Pendidikan agama dalam lingkungan keluarga merupakan dasar karena awal mula anak tumbuh rasa iman kepada Allah tak lain adalah dalam lingkungan keluarga, selama orang tuanya memiliki rasa iman yang mantap. Bentuk pendidikan islam memang berjenjang dan bervariasi, ada yang bersifat teoritis hingga praktis, misalnya sering membawa anak ke masjid, kebiasaan mengerjakan sholat, mengajak menghadiri pengajian. Membaca al Qur’an dan lain sebagainya. Keseluruhan suasana dan keteladanan yang diciptakan oleh orang tua akan mempengaruhi jiwa anak.
Dan pendidikan islam dalam sekolah merupakan upaya pembelajaran yang telah dikembangkan secara formal. Pada hakekatnya proses pelaksanaan pendidikan Islam di sekolah dan sekaligus guru selaku penanggung jawab adalah membina dan melanjutkan pendidikan agama dalam rumah tangga yang telah pernah diberikan oleh keluarga. Oleh karena itu keberhasilan proses pelaksanaan pendidikan Islam di sekolah banyak dipengaruhi pelaksanaan pendidikan agama Islam di lingkungan keluarga atau orang tua.
Adapun bentuk dari upaya pembelajaran dari pendidikan Islam disekolah secara formal dirumuskan dalam sistem pendidikan yang meliputi metode dan pola pembelajaran, materi dan kurikulum. Program-program dan orientasi pendidikan, administrasi pendidikan dan lain sebagainya yang merupakan satu kesatuan sistem yang tidak terpisahkan.

E.      Pendidikan Islam dalam Perkembangan Sejarah Kebudayaan Islam
Melalui proses dan operasionalisasi pendidikan islam maka arahan islam berkembang mulai dari zaman Rosulullah hingga sekarng. Dengan demikian dalam konteks sejarah kebudayaan, maka proses pewarisan dan pengembangan budaya manusia yang bersumber dan berpedoman pada ajaran Islam sebagai termaktub dalam Al Qur’an dan terjabar dalam sunnah rosul, telah berlangsung sejak dari zaman Nabi Muhammad SAW. Pada masa Rasulullah, proses dan operasionalisasi pendidikan islam dilaksanakan oleh Nabi Muhammad SAW berdasarkan petunjuk dan bimbingan langsung dari Allah. Sedangkan materi pendidikan pada masa Rasul lebih ditekankan pada masalah ketauhidan.
Meskipun hal-hal lain juga diajarkan oleh beliau secara gris besar pendidikan dan pengajaran Islam yang diberikan Nabi Muhammad SAW selama kurang lebih 13 tahun adalah pendidikan keagamaan dan akhlaq.
Setelah Nabi Muhammad SAW wafat maka upaya pendidikan diteruskan oleh para sahabatnya. Pada masa sahabat ini perkembangan pendidikan menunjukkan keberagaman baik dari aspek materi maupun pola pengajaran sering dengan semakin luasnya wilayah Islam dan tuntutan-tuntutan yang menyertainya. Dengan demikian pusat-pusat pendidikan pun semakin banyak. Pada masa ini tidak ada 4 buah pendidikan yang tersebar di kota-kota besar, yakni kota Mekkah dan mdinah (hijaz), kota basrah dan Kufah (Iraq), kota Damsik dan Palestina (Syam) dan kota Fustat (Mesir). Dipusat-pusat pendidikan ini pada sahabat memberi pelajaran agama Islam kepada murid-muridnya, baik yang berasal dari penduduk setempat maupun yang datang dari daerah lain. Dan di pusat-pusat pendidikan Islam tersebut, timbullah madrasah-madrasah yang masih merupakan sekedar tempat memberikan pelajaran dalam bentuk khalaqah di masjid atau tempat pertemuan lainnya.
Pada selanjutnya pendidikan Islam mengalami kemajuan yang sangat luar bisa. Hal ini disebabkan karena semakin berkembang luasnya lembaga-lembaga pendidikan Islam dan madrasah-madrasah (sekolah-sekolah) format serta universitas-universitas dalam berbagai pusat kebudayaan Islam. Dari segi perkembangannya, pendidikan Islam pada masa ini mengalami orientasinya. Jika pada masa sebelumnya pendidikan lebih diupayakan untuk menjawab tantangan dari pola budaya yang telah berkembang dari bangsa-bangsa yang baru memeluk agama Islam, tetapi pada masa ini pendidikan lebih diorientasikan untuk menjawab tantangan perkembangan dan kemajuan dari kebutuhan Islam sendiri yang telah berkembang sedemikian pesat.

F.      Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional
Pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam di Indonesia berjalan sesuai dengan sejarah bangsa Indonesia sendiri. Pada masa sebelum kemerdekaan, pendidikan Islam berjalan dan berkembang dengan pola tradisional.
Dalam pola pendidikan ini proses pendidikan dan dakwah menjadi satu. Artinya, dalam mengembangkan dakwah Islam dilakukan dengan melaksanakan pendidikan, dan pengajaran kepada penduduk negeri tentang ajaran Islam.
Adapun lembaga pendidikan yang dikembangkan pada masa tersebut adalah mengadopsi lembaga pendidikan keagamaan dalam agama Hindu dan Budha.
Namun, dengan demikian orang-orang barat yang membawa budaya dan peradaban modern. Dengan sendirinya membawa pengaruh yang besar bagi sistem pendidikan dan kebudayaan.
Islam di nusantara pada waktu itu. Mereka mulai mendirikan sekolah-sekolah yang bertujuan untuk mendidik tenaga kerja dan pegawai yang terampil untuk kepentingan perusahaan-perusahaan dan pemerintah.
Pada awal kemerdekaan, pemeriksaan pada waktu berusaha untuk merumuskan sistem pendidikan nasional. Hal ini sebagaimana tertuang dalam UUD 1945 yang menghendaki terintegrasinya sistem pendidikan yang ada yakni antara sistem pendidikan dan pengajaran pada sekolah model pemerintah kolonial dan dan sistem pendidikan dan pengajaran Islam yang pada umumnya masih bercorak tradisional. Usaha memadukan kedua sistem ini dibarengi dengan kebijaksanaan pemerintah dan masyarakat bangsa Indonesia pada awal kemerdekaan tersebut dengan jalan :
  1. Menasionalisasikan (mengambil dan memberikan corak nasional) sekolah-sekolah modern warisan pemerintah kolonial Belanda, dan berusaha memasukkan (memberikan) pendidikan dan pengajaran agama di dalam kurikulumnya secara teratur dan seksama. Dan dengan demikian, diharapkan sekolah-sekolah modern tersebut menjadi bersendi agama dan kebudayaan bangsa.
  2. Memberikan bantuan dan tuntunan kepada pesantren dan madrasah (lembaga-lembaga pendidikan dan pengajaran Islam) agar mampu meningkatkan mutu pendidikan dan peranannya sebagai alat dan sumber pendidikan kecerdasan bangsa. Dan untuk itu sistem pendidikan Islam tersebut (madrasah dan pesantren) harus dikembangkan menjadi sistem pendidikan dan pengajaran yang bersifat modern setaraf dengan sekolah-sekolah umum.

2. Dakwah Dalam Perkembangan Islam
A.     Pengertian Dakwah
Kata dakwah (دعوة) berasal dari kata dasar دعا yang dalam pemakaiannya harus dirangkai dengan kata atau huruf lain.
Jika kata ”Da’aa” dapat berarti : mengajak, mengundang, menyeru, memanggil, berdiskusi dan sebagainya. Sedangkan menurut istilahnya dakwah memiliki makna yang beragam. Meskipun demikian secara umum dapat dikemukakan bahwa dakwah pada hakikatnya adalah ajaran kepada yang baik dan mencegah yang mungkar.

B.     Peran Dakwah dalam Proses Perkembangan Masyarakat
Sedemikian pentingnya peran dakwah dalam kerangka mengajak umat manusia untuk berbuat baik, maka dakwah dalam Islam memiliki hukum wajib. Hal ini dapat dilihat dari ayat QS An Nahl (125) yang artinya:

ادع ءالى سبيل ر بك با لحكمة ولمو عظةالحسنة وجا د لهم با لتى هي اءحسن

 Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
(QS An – Nahl : 125)

ولتكن منكم امة يدعون ال الخير وياء مرون بالمعرف وينهون عن االمنكر
Artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar (QS Ali Imron : 104)

Peran dakwah dalam sejarah peradaban dan kebudayaan islam sangat vital. Dakwah, misalnya telah diakui secara fungsional, telah mampu mengubah perikehidupan masyarakat jahiliyah struktural kemasyarakatannya, bangsa Arab memiliki tata kepercayaan penyembah berhala. Sistem pemerintahan yang menganut faham kabilahisme yang berusia ratusan tahun. Namun melalui cara-cara dakwah dengan persuasif dan lemah lembut, maka berubahlah mereka menjadi penganut Islam yang baik. Tidak cukup itu saja, peranan dakwah benar-benar telah menunjukkan fungsi vitalnya, karena hanya dalam beberapa tahun saja melalui dakwah yang dikembangkan sejak awal agama ini diserukan, Islam telah tersebar dan sanggup menaklukkan tiga penjuru benua, Syria, Palestina, Mesir, Afrika Utara dan Persia adalah negara-negara yang pertama-tama tahluk.
Yang menarik bahwa dalam setiap fase dan periode kesejarahannya, islam telah menyumbangkan berbagai nilai-nilai peradaban dan kebudayaan yang sangat luhur dalam wilayah tahlukannya. Dan transformasi nilai-nilai Islami ini dalam setiap periode kesejarahan atau dari satu generasi ke generasi yang lain tentunya melalui proses dan kegiatan dakwah.









KESIMPULAN

Perkembangan Islam sebagai agama besar tidak lepas dari peran penting penyelenggaraan dakwah dan pendidikan sangatlah erat hubungan antara pendidikan dan dakwah pada hakekatnya keduanya merupakan kegiatan dan proses sosialisasi nilai-nilai Islam. Dalam proses ini dakwah seperti halnya pendidikan memiliki tujuan yang sama yakni mengajak kepada sasaran untuk menghayati serta mengamalkan nilai-nilai Islami.
Proses dan operasional pendidikan islam, maka arahan islam berkembang mulai zaman Rosulullah hingga sekarang, dan setelah beliau wafat maka upaya pendidikan diteruskan oleh para sahabatnya, dan pada masa sahabat inilah perkembangan pendidikan menunjukan keberagaman baik dari aspek materi maupun pola pengajaran seiring dengan semakin luasnya wilayah islam dan tuntutan-tuntutan yang menyertainya.
Peran dakwah dalam perkembangan masyarakat  sebagaimana telah di kemukakan bahwa peran dakwah dalam sejarah peradaban dan kebudayaan islam sangat vital dan penting.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. H. Abuddin Nata, MA. Metodologi Studi Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002
Drs. Hmasy’ari, Ahm,dkk, Pengantar Studi Islam, Surabaya : ( IAIN Sunan Ampel. Pengantar Studi Islam, IAIN Sunan Ampel PRESS, 2004

Rabu, 08 Februari 2012

jumlah Ismiyah


1. JUMLAH ISMIYAH
Adalah jumlah (kalimat) yang diawali dengan kalimah isim (kata benda).
Susunan kalimatnya terdiri dari mubtadadan khobar.

Mubtadaadalah subyek pada jumlah ismiyah dan terletak diawal jumlah.
Sifat dari mubtada' adalah
a.Harus berupa isim ma'rifat.
b.Irobnya rofa.

Khobar adalah predikat pada jumlah ismiyah dan berfungsi untuk menerangkan keadaan mubtada' serta bisa berupa kata ataupun kalimat ( sebagai anak kalimat). I'robnya khobar juga rofa'.

Mubtadadan Khobar harus sama dalam hal bilangan dan jenisnya. Apabila mubtadanya isim mudzakar (laki-laki), khobarnya harus isim mudzakar. Begitu pula apabila mubtadaberupa isim mufrod (kata tunggal), khobarnya juga harus isim mufrod.


Contoh :

زَيْدٌُ أُسْتاَذٌُ ( Zaid adalah seorang guru)
الرَّجُلاَنِ أُسْتاَذاَنِ ( dua orang orang laki-laki itu adalah 2 guru)
زَيْدٌُ بَيْتُهُ كَبِيْرٌُ ( Zaid rumahnya besar)

Keterangan :

Kata yang berwarna merah adalah mubtadasedangkan yang berwarna hitam adalah khobar.
Pada contoh 1 dan contoh 2 dapat kita lihat kesesuaian anara mubtadadan khobar dalam hal bilangannya. Sedangkan pada contoh 3 khobarnya adalah berupa jumlah/kalimat.

Jumlah ismiyah bisa berbentuk kalimat nominal apabila khobarnya berupa kalimah isim (kata benda)

Contoh : زَيْدٌُ طاَلِبٌُ (Zaid adalah seorang pelajar)


Jumlah ismiyah bisa berbentuk kalimat verbal apabila khobarnya berupa kalimah fi'il (kata kerja)

Contoh : زَيْدٌُ جاَءَ الَي الْمَدْرَسَةِ (Zaid telah datang ke sekolah)

Keterangan

Pada kalimat pertama dapat kita lihat bahwa khobarnya berupa kalimah isim yaitu طاَلِبٌُ sehingga terbentuk kalimat nominal sedangkan pada kalimat ke-dua khobarnya berupa kalimah fi'il yaitu جاَءََ sehingga terbentuk kalimat verbal.


Bentuk majemuk dari jumlah ismiyah mubtada marfuu'a sebenarnya hanya salinan dari bentuk dasarnya. Frase mubtada dibentuk dengan menyalin dari bentuk awal mubtada. Begitu pula dengan frase khabar yang merupakan salinan dari bentuk awal khabar.

Contoh:

.الطَّالِبُ اَلْجَدِيدُ جَالِسٌ (aththaalibu aljadiidu jaalisun. The new student is sitting. Murid baru tersebut sedang duduk.)

Penjelasan:

1. مُبْتَدَأ Mubtada: الطَّالِبُ اَلْجَدِيدُ (aththaalibu aljadiidu/the new student/murid baru tersebut). Merupakan frase mubtada, membentuk kalimat kompleks. Kedua kata definite ditunjukkan dengan al dan tanpa tanwin. اَلْجَدِيدُ (Al jadiidu) menjadi adjektif yang menerangkan الطَّالِبُ (aththaalibu), disebut sebagai صِفَة(sifah).

2. خَبَر Khabar: جَالِسٌ (jaalisun/is sitting/sedang duduk). Kata ini indefinite ditunjukkan dengan dhammah tanwin, sehingga merupakan خَبَر مَرْفُوعَ بِتَنْوِين الضَمَّه.

.الطَّالِبُ اَلْجَدِيدُ اَلْجَمِيلُ جَالِسٌ (aththaalibu aljadiidu aljamiilu jaalisun. The new handsome student is sitting. Murid baru yang ganteng tersebut sedang duduk.)

Penjelasan:

1. مُبْتَدَأ Mubtada: الطَّالِبُ اَلْجَدِيدُ اَلْجَمِيلُ (aththaalibu aljadiidu aljamiilu/the new handsome student/murid baru yang ganteng tersebut). Merupakan frase mubtada, membentuk kalimat kompleks. Semuanya definite ditunjukkan dengan al dan tanpa tanwin. اَلْجَدِيدُ اَلْجَمِيلُ (Al jadiidu aljamiilu) merupakan صِفَة(sifah/adjektif) yang menerangkan الطَّالِبُ (aththaalibu).

2. خَبَر Khabar: جَالِسٌ (jaalisun/is sitting/sedang duduk). Kata ini indefinite ditunjukkan dengan dhammah tanwin, sehingga merupakan خَبَر مَرْفُوعَ بِتَنْوِين الضَمَّه.

.الطَّالِبُ اَلْجَدِيدُ جَمِيلٌ وجَالِسٌ (aththaalibu aljadiidu jamiilun wa jaalisun. The new student is handsome and sitting. Murid baru tersebut ganteng dan sedang duduk.)

Penjelasan:

1. مُبْتَدَأ Mubtada: الطَّالِبُ اَلْجَدِيدُ (aththaalibu aljadiidu /the new student/murid baru tersebut). Merupakan frase mubtada, membentuk kalimat kompleks. Semuanya definite ditunjukkan dengan al dan tanpa tanwin. اَلْجَدِيدُ اَلْجَمِيلُ (Al jadiidu aljamiilu) merupakan صِفَة(sifah/adjektif) yang menerangkan الطَّالِبُ (aththaalibu).

2. خَبَر Khabar: جَمِيلٌ وجَالِسٌ (jamiilun wa jaalisun/is handsome and sitting/ganteng dan sedang duduk). Kedua kata ini indefinite ditunjukkan dengan dhammah tanwin, sehingga merupakan خَبَر مَرْفُوعَ بِتَنْوِين الضَمَّه. Wa وَ yang berarti dan, merupakan penghubung dari kedua kata, penulisannya merapat ke kata berikutnya.

.هَذَا قَمِيصٌ جَدِيدٌ (Haadzaa qamiisun jadiidun. This is a new shirt. Ini baju baru.)

Penjelasan:

1. مُبْتَدَأ Mubtada: هَذَا haadzaa/this/ini, termasuk اِسْم اشاره ism isyarah/pointing word/kata penunjuk. Bentuk kata ini spesifik/definite.

2. خَبَر Khabar: قَمِيصٌ جَدِيدٌ qamiisun jadiidun/a new shirt/baju baru. Ini merupakan frase khabar, membentuk kalimat kompleks. Kedua kata tersebut indefinite ditunjukkan dengan dhammah tanwin, sehingga merupakan خَبَر مَرْفُوعَ بِتَنْوِين الضَمَّه.

.هَذَا اَحْمَدٌ طَالِبٌ (Haadzaa Ahmadun thaalibun. This Ahmad is a student. Ahmad ini adalah murid.)

Penjelasan:

1. مُبْتَدَأ Mubtada: هَذَا اَحْمَدٌ(Haadzaa Ahmadun). Haadzaa adalah اِسْم اشاره (ism isyarah/pointing worrd/kata penunjuk). Ahmad, nama orang maskulin, tidak bisa ditambahkan dengan al, harus diakhiri dengan tanwin dhammah, sehingga merupakan مُبْتَدَأ مَرْفُوعَ بِتَنْوِين الضَمَّه (mubtada marfuu’a bitanwiinidhammah). Frase ini disebut dengan مُبْتَدَأ بَدَل (mubtada badal) yang artinya bisa dihilangkan salah satu.

2. خَبَر Khabar: طَالِبٌ (thaalibun/student/murid). Aturan untuk khabar tidak berubah, indefinite diakhiri dengan dhammah tanwin sehingga merupakan خَبَر مَرْفُوعَ بِتَنْوِين الضَمَّه (khabar marfuu’a bitanwiinidhammah)